Minggu, 26 Januari 2014

Mau tau apa itu MRI



Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah tes yang menggunakan medan magnet dan pulsa energi gelombang radio untuk membuat gambar organ dan struktur di dalam tubuh. Dalam banyak kasus MRI memberikan informasi yang berbeda tentang struktur dalam tubuh daripada yang dapat dilihat dengan X-ray, USG, atau computed tomography (CT) scan. MRI juga dapat menunjukkan masalah yang tidak dapat dilihat dengan metode pencitraan lainnya.
Untuk tes MRI, daerah tubuh yang sedang dipelajari ditempatkan di dalam sebuah mesin khusus yang mengandung magnet yang kuat. Gambar dari scan MRI adalah gambar digital yang dapat disimpan dan disimpan pada komputer untuk studi lebih lanjut. Gambar juga dapat ditinjau dari jarak jauh, misalnya di dalam klinik atau ruang operasi. Dalam beberapa kasus, bahan kontras dapat digunakan selama pemindaian MRI untuk menunjukkan struktur tertentu lebih jelas.
Magnetic resonance imaging (MRI) dilakukan karena berbagai alasan. Hal ini digunakan untuk menemukan masalah seperti tumor, perdarahan, cedera, penyakit pembuluh darah, atau infeksi. MRI juga dapat dilakukan untuk memberikan informasi lebih lanjut tentang masalah yang terlihat pada X-rayUSG, atau CT scan. Bahan kontras dapat digunakan selama MRI untuk menunjukkan jaringan abnormal dengan lebih jelas. Scan MRI dapat dilakukan untuk:
  • Kepala. MRI dapat melihat otak untuk tumor, aneurisma, perdarahan di otak, cedera saraf, dan masalah lainnya, seperti kerusakan yang disebabkan oleh stroke. MRI juga dapat menemukan masalah dari mata dan saraf optik, dan telinga dan saraf pendengaran.
  • Dada. MRI dada dapat melihat jantung, katup, dan pembuluh darah koroner. Hal ini dapat menunjukkan apakah jantung atau paru-paru rusak. MRI dada juga dapat digunakan untuk mencari payudara atau kanker paru-paru.
  • Pembuluh darah. Menggunakan MRI untuk melihat pembuluh darah dan aliran darah melalui mereka disebut magnetic resonance angiography (MRA). Hal ini dapat menemukan masalah dari arteri dan vena, seperti aneurisma, pembuluh darah tersumbat, atau lapisan sobekan pembuluh darah (diseksi). Kadang-kadang bahan kontras digunakan untuk melihat pembuluh darah lebih jelas.
  • Perut dan panggul. MRI dapat menemukan masalah dalam organ dan struktur di perut, seperti hati, kandung empedu, pankreas, ginjal, dan kandung kemih. Hal ini digunakan untuk mencari tumor, perdarahan, infeksi, dan penyumbatan. Pada wanita, dapat melihat rahim dan ovarium. Pada pria, terlihat pada prostat.
  • Tulang dan sendi. MRI dapat memeriksa masalah tulang dan sendi, seperti artritis, masalah dengan sendi temporomandibular, masalah sumsum tulang, tumor tulang, tulang rawan masalah, ligamen robek atau tendon, atau infeksi. MRI juga dapat digunakan untuk mengetahui apakah tulang rusak saat X-ray hasilnya tidak jelas. MRI dilakukan lebih sering daripada tes lainnya untuk memeriksa beberapa tulang dan gangguan persendian.
  • Tulang belakang. MRI dapat memeriksa cakram dan saraf tulang belakang untuk kondisi seperti stenosis tulang belakang, tonjolan disc, dan tumor tulang belakang.
Ahli bedah saraf menggunakan scan MRI tidak hanya dalam mendefinisikan anatomi otak, tetapi dalam mengevaluasi integritas sumsum tulang belakang setelah trauma. Hal ini juga digunakan ketika mempertimbangkan masalah yang terkait dengan cakram tulang belakang atau intervertebralis tulang belakang. Scan MRI dapat mengevaluasi struktur jantung dan aorta, di mana ia dapat mendeteksi aneurisma atau air mata.
Ini memberikan informasi berharga mengenai kelenjar dan organ dalam perut, dan informasi yang akurat tentang struktur sendi, jaringan lunak, dan tulang dari tubuh. Seringkali, operasi dapat ditangguhkan atau lebih tepatnya diarahkan setelah mengetahui hasil MRI scan.

YUK BELAJAR MASALAH ALAT- RADIOLOGI




Pengertian dan Fungsi Ct Scan


CT SCAN (Computerized Axial Tomografi)

Hasil ct scanCT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak.

Berat badan klien merupakan suatu hal yang harus dipertimbangkan. Berat badan klien yang dapat dilakukan pemeriksaan CT Scan adalah klien dengan berat badan dibawah 145 kg. Hal ini dipertimbangkan dengan tingkat kekuatan scanner. Sebelum dilakukan pemeriksaan CT scan pada klien, harus dilakukan test apakah klien mempunyai kesanggupan untuk diam tanpa mengadakan perubahan selama 20-25 menit, karena hal ini berhubungan dengan lamanya pemeriksaan yang dibutuhkan.
Harus dilakukan pengkajian terhadap klien sebelum dilakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah klien bebas dari alergi iodine, sebab pada klien yang akan dilakukan pemeriksaan CT.



Scan disuntik dengan zat kontras berupa iodine based kontras material sebanyak 30 ml. Bila klien ada riwayat alergi atau dalam pemeriksaan ditemukan adanya alergi maka pemberian zat kontras iodine harus distop pemberiannya. Karena eliminasi zat kontras sudah harus terjadi dalam 24 jam. Maka ginjal klien harus dalam keadaan normal.Tujuan penggunaan CT Scan

Menemukan patologi otak dan medulla spinalis dengan teknik scanning/pemeriksaan tanpa radioisotope. Dengan demikian CT scan hampir dapat digunakan untuk menilai semua organ dalam tubuh, bahkan di luar negeri sudah digunakan sebagai alat skrining menggantikan foto rontgen dan ultrasonografi. Yang penting pada pemeriksaan CT scan adalah pasien yang akan melakukan pemeriksaan bersikap kooperatif artinya tenang dan tidak bergerak saat proses perekaman. CT scan sebaiknya digunakan untuk :

  • Menilai kondisi pembuluh darah misalnya pada penyakit jantung koroner, emboli paru, aneurisma (pembesaran pembuluh darah) aorta dan berbagai kelainan pembuluh darah lainnya.
  • Menilai tumor atau kanker misalnya metastase (penyebaran kanker), letak kanker, dan jenis kanker.
  • Kasus trauma/cidera misalnya trauma kepala, trauma tulang belakang dan trauma lainnya pada kecelakaan. Biasanya harus dilakukan bila timbul penurunan kesadaran, muntah, pingsan ,atau timbulnya gejala gangguan saraf lainnya.
  • Menilai organ dalam, misalnya pada stroke, gangguan organ pencernaan dll.
  • Membantu proses biopsy jaringan atau proses drainase/pengeluaran cairan yang menumpuk di tubuh. Disini CT scan berperan sebagai “mata” dokter untuk melihat lokasi yang tepat untuk melakukan tindakan.
  • Alat bantu pemeriksaan bila hasil yang dicapai dengan pemeriksaan radiologi lainnya kurang memuaskan atau ada kondisi yang tidak memungkinkan anda melakukan pemeriksaan selain CT scan.

Persiapan pasien

Pasien dan keluarga sebaiknya diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan. Pasien diberi gambaran tentang alat yang akan digunakan. Bila perlu dengan menggunakan kaset video atau poster, hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengertian kepada pasien dengan demikian menguragi stress sebelum waktu prosedur dilakukan. Test awal yang dilakukan meliputi :

Kekuatan untuk diam ditempat ( dimeja scanner ) selama 45 menit.
Melakukan pernapasan dengan aba – aba ( untuk keperluan bila ada permintaan untuk melakukannya ) saat dilakukan pemeriksaan.
Mengikuti aturan untuk memudahkan injeksi zat kontras.
Penjelasan kepada klien bahwa setelah melakukan injeksi zat kontaras maka wajah akan nampak merah dan terasa agak panas pada seluruh badan, dan hal ini merupakan hal yang normal dari reaksi obat tersebut. Perhatikan keadaan klinis klien apakah pasien mengalami alergi terhadap iodine. Apabila pasien merasakan adanya rasa sakit berikan analgetik dan bila pasien merasa cemas dapat diberikan minor tranguilizer. Bersihkan rambut pasien dari jelly atau obat-obatan. Rambut tidak boleh dikepang dan tidak boleh memakai wig.
Prosedur
  • pemeriksaan ct scanPosisi terlentang dengan tangan terkendali.
  • Meja elektronik masuk ke dalam alat scanner.
  • Dilakukan pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar dari beberapa sudut yang dicurigai adanya kelainan.
  • Selama prosedur berlangsung pasien harus diam absolut selama 20-45 menit.
  • Pengambilan gambar dilakukan dari berbagai posisi dengan pengaturan komputer.
  • Selama prosedur berlangsung perawat harus menemani pasien dari luar dengan memakai protektif lead approan.
  • Sesudah pengambilan gambar pasien dirapihkan.

Cara Kerja CT Scan
Film yang menerima proyeksi sinar diganti dengan alat detektor yang dapat mencatat semua sinar secara berdispensiasi. Pencatatan dilakukan dengan mengkombinasikan tiga pesawat detektor, dua diantaranya menerima sinar yang telah menembus tubuh dan yang satu berfungsi sebagai detektor aferen yang mengukur intensitas sinar rontgen yang telah menembus tubuh dan penyinaran dilakukan menurut proteksi dari tiga tititk, menurut posisi jam 12, 10 dan jam 02 dengan memakai waktu 4,5 menit

Sinar-X yang mengalami atenuasi, setelah menembus objek diteruskan ke detektor yang mempunyai sifat sangat sensitive dalam menagkap perbedaan atenuasi dari sinar-X yang kemudian mengubah sinar-X tersebut menjadi signal-signal listrik. Kemudian signal-signal listrik tersebut diperkuat oleh Photomultiplier Tube sinar-X. Data dalam bentuk signal-signal listrik tersebut diubah kedalam bentuk digital oleh Analog to Digital Converter (ADC), yang kemudian masuk ke dalam system computer dan diolah oleh computer. Kemudian Data Acquistion System (DAS) melakukan pengolahan data dalam bentuk data-data digital atau numerik.




Data-data inilah yang merupakan informasi komputer dengan rumus matematika atau algoritma yang kemudian direkonstruksi dan hasil rekonstruksi tersebut ditampilkan pada layar TV monitor berupa irisan tomography dari objek yang dikehendaki yaitu dalam bentuk gray scale image yaitu suatu skala dari kehitaman dan keputihan. Pada CT Scanner mempunyai koefisien atenuasi linear yang mutlak dari suatu jaringan yang diamati, yaitu berupa CT Number. Tulang memiliki nilai besaran CT Number yang tertinggi yaitu sebesar 1000 HU (Hounsfield Unit), dan udara mempunyai nilai CT Number yang terendah yaitu -1000 HU (Hounsfield Unit), sedangkan sebagai standar digunakan air yang memiliki CT Number 0 HU (Hounsfield Unit). Nilai diatas merupakan nilai pada pesawat CT yang memiliki faktor pembesaran konstan 1000, untuk memperjelas suatu struktur yang satu dengan struktur yang lainnya yang mempunyai nilai perbedaan koefisien atenuasi kurang dari 10% maka dapat digunakan window width untuk memperoleh rentang yang lebih luas.Kelebihan CT scan
  • Gambar yang dihasilkan memiliki resolusi yang baik dan akurat.
  • Tidak invasive (tindakan non-bedah).
  • Waktu perekaman cepat.
  • Gambar yang direkontruksi dapat dimanipulasi dengan komputer sehingga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.

Kekurangan CT scan
  • Paparan radiasi akibat sinar X yang digunakan yaitu sekitar 4% dari radiasi sinar X saat melakukan foto rontgen. Jadi ibu hamil wajib memberitahu kondisi kehamilannya sebelum pemeriksaan dilakukan.
  • Munculnya artefak (gambaran yang seharusnya tidak ada tapi terekam). Hal ini biasanya timbul karena pasien bergerak selama perekaman, pasien menggunakan tambalan gigi amalgam atau sendi palsu dari logam, atau kondisi jaringan tubuh tertentu.
  • Reaksi alergi pada zat kontras yang digunakan untuk membantu tampilan gambar.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
  • Observasi keadaan alergiterhadap zat kontras yang disuntikan. Bila terjadi alergi dapat diberikan deladryl 50 mg.
  • Mobilisasi secepatnya karena pasien mungkin kelelahan selama prosedur berlangsung.
  • Ukur ntake dan out put. Hal ini merupakan tindak lanjut setelah pemberian zat kontras yang eliminasinya selama 24 jam. Oliguri merupakan gejala gangguan fungsi ginjal, memerlukan koreksi yang cepat oleh seorang perawat dan dokter
www.fajrumedical.blogspot.com

Rabu, 22 Januari 2014

perkembangan teknologi radiologi


Perkembangan ilmu kesehatan dewasa ini semakin maju, termasuk perkembangan ilmu dibidang radiologi. Radiologi merupakan salah satu penunjang yang dibutuhkan dalam bidang kesehatan untuk dapat menambah keakuratan dalam membaca hasil diagnosa sehingga diagosa akan lebih mudah ditegakan.
Perkembangan dunia IT (Information Technology) berimbas pada perkembangan berbagai macam aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek yang terkena efek perkembangan dunia IT adalah kesehatan. Dewasa ini dunia kesehatan modern telah memanfaatkan perkembangan teknologi untuk meningkatkan efisiensi serta efektivitas di dunia kesehatan. Salah satu contoh pengaplikasian dunia IT di dunia kesehatan adalah penggunaan alat-alat kedokteran yang mempergunakan aplikasi komputer, salah satunya adalah CT-Scan (Computerised Tomography Scaner)
Pengertian CT - Scan
  • Tomography (CT) adalah sinar-x dengan menggunakan teknik tomografi dimana berkas sinar-x menembus bagian tubuh pasien dari berbagai arah (Marthis Prokap and Michael Galanski, 2003 Chapter 1, P : 2)
  • CT ( Computed Tomography ) merupakan alat diagnostik sinar-x dengan metode tomografi transversal yang akan menghasilkan gambaran irisan melintang dengan hasil tampilan dalam skala algorithma (Grey Scale) (J.Alexander)
Computed Tomography (CT Scan) telah berkembang menjadi sebuah metode pencitraan medis yang sangat diperlukan dalam pemeriksaan radiodiagnostik sehari-hari. Perkembangan CT Scan dimulai pada awal tahun 1970-an dimana pada 1972, Sir Godfrey Newbold Hounsfield dan Ambrose, di London, Inggris berhasil menghasilkan sebuah gambaran klinis pertama CT Scan Kepala. Sejak itulah peralatan Computed Tomography yang merupakan perpaduan peralatan pencitraan sinar X dengan komputer pengolah data sehingga dapat menampilkan potongan melintang (tranversal/axial) bagian tubuh manusia berkembang dengan sangat cepat dan menjadi teknologi imaging yang sangat mengagumkan.
Inovasi dalam perkembangan teknologi CT Scan berkembang bersamaan dengan perkembangan teknologi komputer. Tehnik pemeriksaan CT Scan menjadi sebuah pemeriksaan radiodiagnostik yang bersifat non invasive yang mampu menampilkan gambar bagian dalam tubuh manusia yang tidak terpengaruh oleh super posisi dari struktur anatomi yang berbeda. Hal ini dimungkinkan karena pada teknik pencitraan ini di dapat dari seluruh informasi obyek yang diproyeksikan pada bidang dua dimensi dengan menggunakan teknik algoritma rekontruksi gambar dan diolah dengan bantuan computer. Sehingga dapat diperoleh sebuah gambaran 2 dimensi tanpa kehilangan informasi 3 dimensinya. Tak pelak, tehnik pemeriksaan CT scan pun berkembang menjadi sebuah pemeriksaan radiodiagnostik yang menunjang semua bidang klinik, Neurology (Sistem Syaraf), Oncology, Cardiology dan Vascular (pembuluh darah) serta kasusAcuteCare(Emergency).
Perkembangan ini menjadikan tehnik pemeriksaan CT scan menjadi sebuah kebutuhan pokok untuk dapat dikuasai oleh tenaga radiographer dan dokter ahli radiology.

Perkembangan Teknologi CT Scan
Arah perkembangan teknologi CT Scan pada saat ini lebih diutamakan pada peningkatan kecepatan pencitraan dengan adanya multi detector, peningkatan resolusi gambar, dan pengurangan dosis radiasi yang diterima oleh pasien. Beberapa Vendor berlomba untuk dapat membuat sebuah pesawat CT Scan yang memenuhi ketiga tujuan diatas tadi. Sedangkan pada bidang aplikasinya lebih dipengaruhi oleh teknologi pengolahan citra digital yaitu teknologi software (Komputer) baik dari gambaran 2 dimensi maupun gambaran 3 dimensi. Salah satu perkembangan dari Ct-Scan yaitu MSCT (Multi Slice Computed Tomography).

 MSCT Scan merupakan alat diagnosis radiologi dengan menggunakan komputer untuk mendeteksi suatu gangguan atau kelainan suatu organ tubuh secara detail. MSCT Scan 64 Slices adalah alat diagnostik radiologis canggih yang menggunakan sinar X melalui teknik tomografi dan komputerisasi yang modern. Sinar X menembus tubuh manusia untuk menggambarkan organ dalam tubuh dalam bentuk potongan penampang tipis horizontal.
Sinar tersebut menembus tubuh lalu direkam detektor dalam bentuk data-data digital. Operator yang berada di ruang komputer akan mengolah data tersebut untuk menjadi potongan- potongan organ tubuh.
Pemeriksaan MSCT Scan sangat baik untuk pencitraan pembuluh darah seluruh tubuh, terutama pembuluh darah jantung koroner. Karena itu, ini merupakan alat canggih untuk mendeteksi dini penyakit jantung, stroke, dan kanker. Bahkan di masa depan, kemungkinan besar MSCT Scan semakin digunakan oleh para dokter dan pasien untuk “membongkar” sumber penyakit secara akurat.
Keunggulan MSCT Scan dibanding radiografi konvensional adalah pada daya serap jaringan tubuh sewaktu sinar X menembusnya, sehingga memungkinkan membedakan kepadatan dan spesifikasi berbagai jaringan tubuh.
Alat ini bukan hanya untuk melakukan pemeriksaan rutin seperti pemeriksaan kepala, dada, perut, dan leher, tetapi bisa pula untuk memeriksa pembuluh darah berupa CT Angiography dan rekonstruksi gambaran tiga dimensi (3-D).
MSCT dapat memberikan gambaran circulus wilisi, pembuluh darah koroner, carotis, aorta, dan cabang- cabangnya serta arteri perifer. MSCT juga bisa digunakan untuk melakukan pemeriksaan CT virtual colonoscopy dan mampu melakukan pemeriksaan CT perfusi yang berfungsi sebagai deteksi stroke.
Gambar-gambar beresolusi tinggi ini memberikan gambaran akurat akan adanya kelainan pada pembuluh darahnya. Dengan deteksi dini, pasien dapat segera ditangani dengan benar, sehingga dapat mengurangi resiko kecacatan maupun kematian. Inilah manfaat besar dari MSCT Scan.

Referensi :
  1.  http://id.scribd.com/doc/69511945/PERKEMBANGAN-KOMPUTER-DIBIDANG-RADIOLOGI
  2. http://www.gudangmateri.com/2010/10/sejarah-dan-perkembangan-ct-scan.html

Jumat, 17 Januari 2014

PADA PINGIN TAU,APA EFEK RADIASI???YUK KITA SIMAK SAMA2

EFEK RADIASI PENGION TERHADAP TUBUH MANUSIA
Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan sel somatic. Sel genetic adalah sel telur pada perempuan dan sel sperma pada laki-laki, sedangkan sel somatic adalah sel-sel lainnya yang ada dalam tubuh. Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas efek genetik dan efek somatik. Efek genetik atau efek pewarisan adalah efek yang dirasakan oleh keturunan dari individu yang terkena paparan radiasi. Sebaliknya efek somatik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi.

Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat bervariasi sehingga dapat dibedakan atas efek segera dan efek tertunda. Efek segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati pada individu dalam waktu singkat setelah individu tersebut terpapar radiasi, seperti epilasi (rontoknya rambut), eritema (memerahnya kulit), luka bakar dan penurunan jumlah sel darah. Kerusakan tersebut terlihat dalam waktu hari sampai mingguan pasca iradiasi. Sedangkan efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah waktu yang lama (bulanan/tahunan) setelah terpapar radiasi, seperti katarak dan kanker.
Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek radiasi dibedakan atas efek deterministik dan efek stokastik. Efek deterministik adalah efek yang disebabkan karena kematian sel akibat paparan radiasi, sedangkan efek stokastik adalah efek yang terjadi sebagai akibat paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada sel. 
Efek Deterministi (efek non stokastik) Efek ini terjadi karena adanya proses kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi pada seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima di atas dosis ambang (threshold dose) dan umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar radiasi. Tingkat keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima lebih besar dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih rendah dan mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan demikian adalah nol. 

Sedangkan di atas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%.
Efek Stokastik Dosis radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan untuk menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat molekul maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak membunuh sel tetapi mengubah sel Sel yang mengalami modifikasi atau sel yang berubah ini mempunyai peluang untuk lolos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha untuk menghilangkan sel seperti ini. Semua akibat proses modifikasi atau transformasi sel ini disebut efek stokastik yang terjadi secara acak. Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru akan muncul setelah masa laten yang lama. Semakin besar dosis paparan, semakin besar peluang terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah dosis yang diterima. Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel yang baru tersebut akan diwariskan kepada turunannya sehingga timbul efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker. Paparan radiasi dosis rendah dapat menigkatkan resiko kanker dan efek pewarisan yang secara statistik dapat dideteksi pada suatu populasi, namun tidak secara serta merta terkait dengan paparan individu.
Respon dari berbagai jaringan dan organ tubuh terhadap radiasi pengion sangat bervariasi. Selain bergantung pada sifat fisik radiasi juga bergantung pada karakteristik biologi dari sel penyusun jaringan/organ tubuh terpajan. Tingkat sensitivitas dari jaringan penyusun organ berbeda-beda bergantung antara lain pada tingkatproliferasi (pembelahan) dan diferensiasi (kematangan) sel yang akhirnya akan mempengaruhi tingkat sensitivitas dari organ terhadap pajanan radiasi. Berikut ini adalah efek radiasi pada sebagian organ tubuh akibat pajanan radiasi eksterna (dari luar tubuh) yang terjadi secara akut.
1. Sistem pembentukan darah
Sumsum tulang adalah organ sasaran dari sistem pembentukan darah karena pajanan radiasi dosis tinggi akan mengakibatkan kematian dalam waktu beberapa minggu. Hal ini disebabkan karena terjadinya penurunan jumlah sel basal pada sumsum tulang secara tajam. Komponen sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (limfosit dan granulosit) dan sel keping darah (trombosit).
Dosis sekitar 0,5 Gy pada sumsum tulang sudah dapat menyebabkan penekanan proses pembentukan komponen sel darah sehingga jumlahnya mengalami penurunan. Jumlah sel limfosit menurun dalam waktu beberapa jam pasca pajanan radiasi, sedangkan jumlah granulosit dan trombosit juga menurun tetapi dalam waktu yang lebih lama, beberapa hari atau minggu. Sementara penurunan jumlah eritrosit terjadi lebih lambat, beberapa minggu kemudian. Penurunan jumlah sel limfosit absolut/total dapat digunakan untuk memperkirakan tingkat keparahan yang mungkin diderita seseorang akibat pajanan radiasi akut.
Pada dosis yang lebih tinggi, individu terpajan mengalami kematian sebagai akibat dari infeksi karena menurunan jumlah sel darah putih (limfosit dan granulosit) atau dari pendarahan yang tidak dapat dihentikan karena menurunnya jumlah trombosit.
Efek stokastik pada sumsum tulang adalah leukemia dan kanker sel darah merah. Berdasarkan pengamatan pada para korban bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, leukemia merupakan efek stokastik tertunda pertama yang terjadi setelah pajanan radiasi seluruh tubuh dengan masa laten sekitar 2 tahun dengan puncaknya setelah 6 – 7 tahun.
2. Kulit
Efek deterministik pada kulit bervariasi dengan besarnya dosis. Pajanan radiasi sekitar 2-3 Gy dapat menimbulkan efek kemerahan (eritema) sementara yang timbul dalam waktu beberapa jam. Beberapa minggu kemudian, eritema akan kembali muncul sebagai akibat dari hilangnya sel-sel basal pada epidermis. Dosis sekitar 3 – 8 Gy menyebabkan terjadinya kerontokan rambut (epilasi) dan pengelupasan kering (deskuamasi kering) dalam waktu 3 – 6 minggu setelah pajanan radiasi. Pada dosis yang lebih tinggi, 12 – 20 Gy, akan mengakibatkan terjadinya pengelupasan kulit disertai dengan pelepuhan dan bernanah (blister) serta peradangan akibat infeksi pada lapisan dalam kulit (dermis) sekitar 4 – 6 minggu kemudian. Kematian jaringan (nekrosis) dalam waktu 10 minggu pemajanan radiasi dengan dosis lebih besar dari 20 Gy, sebagai akibat dari kerusakan yang parah pada pembuluh darah. Bila dosis yang di terima sekitar 50 Gy, nekrosis akan terjadi dalam waktu yang lebih singkat yaitu sekitar 3 minggu.
3. Mata
Mata terkena pajanan radiasi baik akibat dari radiasi lokal (akut atau protraksi) maupun pajanan radiasi seluruh tubuh. Lensa mata merupakan bagian dari struktur mata yang paling sensitif terhadap radiasi. Terjadinya kekeruhan atau hilangnya sifat transparansi lensa mata sudah mulai dapat dideteksi setelah pajanan radiasi yang relatif rendah yaitu sekitar 0,5 Gy dan bersifat akumulatif. Dengan demikian tidak seperti efek deterministik pada organ lainnya, katarak tidak akan terjadi beberapa saat setelah pajanan, tetapi setelah masa laten antara 6 bulan sampai 35 tahun, dengan rerata sekitar 3 tahun.
4. Organ reproduksi
Efek deterministik pada organ reproduksi atau gonad adalah sterilitas atau kemandulan. Pajanan radiasi pada testis akan mengganggu proses pembentukan sel sperma yang akhirnya akan mempengaruhi jumlah sel sperma yang akan dihasilkan. Dosis radiasi 0,15 Gy merupakan dosis ambang terjadinya sterilitas yang bersifat sementara karena sudah mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah sel sperma selama beberapa minggu. Sedangkan dosis ambang sterilitas yang permanen berdasarkan ICRP 60 adalah 3,5 – 6 Gy. Semakin besar dosis yang di terima testis, semakin banyak jumlah penurunan sel sperma dan semakin lama waktu pulih kembali normal, selama belum mencapai dosis ambang kemandulan permanen.
Pengaruh radiasi pada sel telur sangat bergantung pada usia. Semakin tua usia, semakin sensitif terhadap radiasi karena semakin sedikit sel telur yang masih tersisa dalam ovarium. Selain sterilitas, radiasi dapat menyebabkan menopuse dini sebagai akibat dari gangguan hormonal sistem reproduksi. Dosis ambang sterilitas menurut ICRP 60 adalah 2,5 – 6 Gy. Pada usia yang lebih muda (20-an), sterilitas permanen terjadi pada dosis yang lebih tinggi yaitu mencapai 12 – 15 Gy.
Efek stokastik pada sel germinal lebih dikenal dengan efek pewarisan yang terjadi karena mutasi pada gen atau kromosom sel pembawa keturunan (sel sperma dan sel telur). Perubahan kode genetik akan diwariskan pada keturunan individu terpajan. Penelitian pada hewan dan tumbuhan menunjukkan bahwa efek yang terjadi bervariasi dari ringan hingga kehilangan fungsi atau kelainan anatomik yang parah bahkan kematian prematur.
5. Paru
Paru dapat terkena pajanan radiasi secara eksterna dan interna. Efek deterministik berupa pneumonitis biasanya mulai timbul setelah beberapa minggu atau bulan. Efek utama adalah pneumonitis interstisial yang dapat diikuti dengan terjadinya fibrosis sebagai akibat dari rusaknya sel sistim vaskularisasi kapiler dan jaringan ikat, yang dapat berakhir dengan kematian. Kerusakan sel yang mengakibatkan terjadinya peradangan akut paru ini biasanya terjadi pada dosis 5 – 15 Gy. Perkembangan tingkat kerusakan sangat bergantung pada volume paru yang terkena radiasi dan laju dosis. Hal ini juga dapat terjadi setelah inhalasi partikel radioaktif dengan aktivitas tinggi dan waktu paro pendek.
Efek stokastik berupa kanker paru. Keadaan ini banyak dijumpai pada para penambang uranium. Selama melakukan aktivitasnya, para pekerja menginhalasi gas Radon-222 secara berkesinambungan sebagai hasil luruh dari uranium. Di dalam paru, radon selama proses peluruhannya sampai mencapai bentuk stabil yaitu timbal, akan melepaskan partikel alpa yang sangat berbahaya sebagai sumber pajanan radiasi interna.
6. Sistem Pencernaan
Bagian dari sistim ini yang paling sensitif terhadap radiasi adalah usus halus. Kerusakan pada saluran pencernaan menimbulkan gejala mual, muntah, diare, dan gangguan sistem pencernaan dan penyerapan makanan. Dosis radiasi yang tinggi dapat mengakibatkan kematian karena dehidrasi akibat muntah dan diare yang parah. Efek stokastik yang timbul berupa kanker pada epitel saluran pencernaan






Sumber,http,://ss-radiology.blogspot.com

Kamis, 16 Januari 2014

Yuk Belajar Dosis Radiasi


KONSEP DOSIS RADIASI


       1. Besaran dan Satuan Dosis Radiasi
           a. Paparan
Paparan adalah kemampuan radiasi sinar X atau gamma untuk menimbulkan ionisasi di udara pada volume tertentu. Satuan paparan adalah coulomb/kilogram (C/kg)
b. Dosis serap
Dosis serap adalah energi rata-rata yang diserap bahan per satuan massa bahan tersebut. Satuan dosis serap adalah joule/kg atau gray (Gy)
c. Dosis Ekivalen
Dosis ekivalen merupakan perkalian dosis serap dan faktor bobot radiasi. Faktor bobot radiasi  adalah besaran yang merupakan kuantisasi radiasi untuk menimbulkan kerusakan pada jaringan/organ. Satuan dosis ekivalen adalah Sievert (Sv)
d. Dosis Efektif
Dosis efektif  adalah besaran dosis yang memperhitungkan sensitifitas organ/jaringan. Tingkat kepekaan organ/jaringan tubuh terhadap efek stokastik akibat radiasi disebut faktor bobot organ/jaringan tubuh (Wt) . Dosis efektif merupakan hasil perkalian dosis ekivalen dengan faktor bobot jaringan/organ. Satuan dosis efektif adalah Sievert (Sv)
e. Dosis Kolektif
Dosis kolektif adalah dosis ekivalen atau dosis efektif yang digunakan apabila terjadi penyinaran pada sejumlah besar populasi peduduk. Penyinaran ini biasanya muncul akibat kecelakaan nuklir atau kecelakaan radiasi. Simbol besaran untuk dosis kolektif adalah STdengan satuan sievert-man (Sv-man).
  1. Alat Ukur Radiasi
     a. Surveymeter
         Surveymeter adalah alat ukur radiasi yang dapat menampilkan hasil pengukuran secara langsung  pada saat dikenai radiasi. Alat tersebut berfungsi untuk mengukur laju paparan radiasi secara langsung di tempat kerja.
b. Personel monitor
1). Pocket Dosimeter (Dosimeter saku)
Pocket dosimeter saku merupakan detektor isian gas yang bekerja pada daerah ionisasi dan menghasilkan tanggap secara langsung.
2). Film Badge
Film badge adalah detector yang berbentuk film photografi yang berbentuk emulsi butiran perak helida (AgBr).
3). Termo Luminiscence Dosimeter
Termo Luminiscence Dosimeter menggunakan bahan kristal an organik seperti LIF yang bila dikenai radiasi maka mempunyai proses sintilasi.

Pingin Tahu Perkembangan radiologi??? yuk kita lihat sama-sama disini



PERKEMBANGAN ILMU RADIOLOGI
Diagnostik (Imejing); Terapi (Onkologi Radiasi) ;Kedokteran Nuklir*
Susworo 1
Penemuan sinar X oleh Prof. Willem Conrad Roentgen pada penghujung tahun
1895 telah membuka cakrawala kedokteran dan dianggap sebagai salah satu tonggak
sejarah yang paling penting untuk saat itu. Berbasis dengan penemuan ini segera saja
ilmu radiologi berkembang pesat ke seluruh dunia. Berbagai pemeriksaan dengan
menggunakan sinar pengion ini telah berhasil menguak berbagai jenis penyakit yang
saat itu dianggap masih merupakan misteri. Perkembangan selanjutnya membuktikan
bahwa sinar X ini bukan hanya bermanfaat untuk mendiagnosis penyakit (disebut
radiodiagnostik, yang kemudian menjadi diagnosis imejing) tetapi juga dapat digunakan
sebagai pengobatan penyakit kanker (radioterapi, onkologi radiasi). Dengan
perkembangan teknologi maka saat ini diagnosis imejing mencakup pemeriksaan
dengan sinar X konvensional seperti pemeriksaan paru (toraks), tulang, ginjal dan
saluran kemih, saluran cerna dan sebagainya; kemudian pemeriksaan intervensional
untuk mendeteksi kelainan organ melalui penilaian pembuluh darah yang dimasuki
bahan kontras seperti angiografi otak, hati, jantung dan sebagainya, serta mielografi
untuk menilai keadaan sumsum tulang belakang (medula spinalis). Memasuki era
komputer maka pemeriksaan tadi, terutama yang sifatnya invasif, segera saja dilengkapi
oleh pemeriksaan non-invasif seperti CT scan (Computerized Tomography Scanning)
dan MRI (Magnetic Resonance Imaging). Ini bukan berarti kedua metode pemeriksaan
terakhir ini mengambil alih pemeriksaan pemeriksaan radiografi konvensional lainnya.
Tercatat pula perkembangan di bidang radiologi ini penggunaan instrumen bukan
pengion seperti ultrasonografi yang menggunakan gelombang suara, MRI yang
menggunakan enersi magnet.
PET scan merupakan pemeriksaan pencitraan (imejing) menggunakan
radionuklida (radioisotop) yang diberikan kepada pasien. Radionuklida ini akan
diakumulasi pada jaringan tubuh yang tidak normal. Adanya akumulasi radionuklida ini
akan mengakibatkan peningkatan kenaikan aktifitas radiasi yang dapat ditangkap
dengan alat monitor. Kenaikan aktifitas radionuklida ini berkaitan dengan perbedaan
aktifitas metabolisme dibandingkan dengan jaringan normal sekitarnya. Dalam keadaan
normal radionuklida ini akan tersebar merata pada seluruh jaringan. Kelainan fungsional
ini menjadi lebih bermanfaat manakala dapat dilakukan penggabungan dengan CT scan,
sehingga dapat diketahui lokasi anatomis, yang disebut sebagai PET-CT scan.
Kelainan tersering yang dicoba untuk dideteksi adalah adanya tumor ganas di
dalam otak atau jaringan lain yang sulit untuk dideteksi dengan metode lain.
Kegunaannya selain untuk membantu diagnosis juga untuk mengikuti perkembangan
tumor tersebut pada saat memperoleh terapi misalnya radioterapi ataupun khemoterapi.
Imejing Diagnostik
1. Pemeriksaan konvensional
• Tanpa kontras: Paru paru, tulang dan sendi, jaringan lunak
• Dengan kontras: saluran kemih, saluran cerna, saluran lain seperti
sialografi, duktulografi payudara, fistulografi, histerosalfingografi
2. Pemeriksaan intervensional
• Arteriografi, pemeriksaan pembuluh darah otak, hati, koroner jantung,
pembuluh balik (varises kaki). Pemeriksaan ini dapat diikuti dengan
tindakan terapi seperti pemasangan stent untuk mengatasi stenosis
pembuluh darah kecil. Juga dapat digunakan sebagai sarana pemberian
khemoterapi atau materi radioaktif ke dalam lesi ganas dalam hati.
• Mielografi, pemeriksaan sumsum tulang belakang (mielografi),
limfografi pemeriksaan saluran limfatik,
3. Pemeriksaan non-invasif (sebagai alternatif atau pelengkap tindakan intervensi)
• Computerized Tomography Scanning (CT Scan)
• MRI (Magnetic Resonance Imaging) �� bukan sinar pengion
• USG (ultrasonografi) �� bukan sinar pengion
4. Pemeriksaan dengan radionukleida (kedokteran nuklir)
• Bone scanning (pemindaian tulang), ginjal, tiroid (kelenjar gondok)
• PET Scan (Positron Emission Tomography) PET scan merupakan
pemeriksaan pencitraan (imejing) menggunakan radionuklida
(radioisotop) yang diberikan kepada pasien. Radionuklida ini akan
diakumulasi pada jaringan tubuh yang tidak normal. Adanya akumulasi
radionuklida ini akan mengakibatkan peningkatan kenaikan aktifitas
radiasi yang dapat ditangkap dengan alat monitor. Kenaikan aktifitas
radionuklida ini berkaitan dengan perbedaan aktifitas metabolisme
dibandingkan dengan jaringan normal sekitarnya. Dalam keadaan normal
radionuklida ini akan tersebar merata pada seluruh jaringan. Kelainan
fungsional ini menjadi lebih bermanfaat manakala dapat dilakukan
penggabungan dengan CT scan, sehingga dapat diketahui lokasi
anatomis, yang disebut sebagai PET-CT scan. Kelainan tersering yang
dicoba untuk dideteksi adalah adanya tumor ganas di dalam otak atau
jaringan lain yang sulit untuk dideteksi dengan metode lain.
Kegunaannya selain untuk membantu diagnosis juga untuk mengikuti
perkembangan tumor tersebut pada saat memperoleh terapi misalnya
radioterapi ataupun khemoterapi.
• SPECT Scan (Single Photon Emision Computed Tomography)
mempunyai tujuan pemeriksaan yang sama dengan menggunakan sarana
dan radionuklida yang berbeda
Radioterapi
• Onkologi Radiasi: Pengobatan tumor ganas menggunakan sinar pengion.
• Sinar pengion yang digunakan di dunia medis dapat berupa isotop: sinar
gamma yang diperoleh dari unsur radium, kobalt, sesium, iridium atau
sinar yang dibangkitkan seperti sinar X, elektron, atau berupa partikel
proton, neutron. Belakangan di negara maju digunakan heavy ions
karbon.
• Pada awalnya, tidak lama setelah penemuan sinar X, diketahui bahwa
sinar tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan manusia.
Karena itu mulailah dilakukan pengobatan kanker dengan sinar X tanpa
dasar pengetahuan patologi onkologi serta radiobiologi. Pada sebagian
besar pasien terjadi kematian jaringan kanker, namun tidak lama
kemudian timbul anak sebar di kelenjar getah bening regional atau
bahkan di tempat jauh. Selain itu jaringan sehat juga mengalami
kerusakan yang cukup hebat sehingga tidak jarang mengakibatkan
3
kematian pasien. Juga saat itu belum diketahui jenis kanker apa saja yang
dapat diatasi dengan pengobatan sinar dan mana yang tidak dapat.
Demikian pula tidak diketahui dosis radiasi yang diberikan, namun
sebagian besar memberikan dalam jangka waktu yang panjang sekali
pemberian. Dengan lebih banyaknya kerugian yang didapat
dibandingkan dengan keuntungan nya maka secara pelahan radioterapi
mulai ditinggalkan oleh para dokter. Namun demikian penelitian terus
berlangsung sampai akhirnya diketahui berbagai macam fakta yang
merupakan dasar dasar pengobatan radiasi sampai saat ini.
• Dimulai dengan pengetahuan mengenai adanya perbedaan kepekaan
antara jaringan yang berbeda berdasarkan jenis dan asal jaringan kanker,
jenis diferensiasi tumor serta kadar oksigen dalam jaringan. Demikian
pula diketahui bahwa pemberian radiasi harus dilakukan dengan metode
fraksinasi, yakni dosis yang diberikan sebanyak 180 – 200 rad (sekarang
menjadi cGy) perkali pemberian yang rata rata diberikan sebanyak 5 kali
dalam seminggu dengan jumlah total 25 sampai 30 kali. Ini merupakan
dasar pemberian radiasi konvensional. Pada perkembangan selanjutnya
metode pemberian ini dapat dimodifikasi menjadi 10 kali per minggu
dengan dosis perkali lebih rendah atau tetap. Modifikasi ini disebut
sebagai hiperfraksinasi. Perubahan ini dilakukan setelah diketahui bahwa
sel (sehat maupun kanker) mempunyai daur normal yang terbagi atas
fase fase G1,2,M dan S. Diketahui bahwa sel akan menjadi sensitif
terhadap radiasi pada fase M.
• Perkembangan metode radiasi banyak dipengaruhi oleh kemajuan
teknologi, baik dari segi mekanik, elektronik dan terutama komputer.
Radiasi eksterna yang tadinya diberikan dengan lapangan sederhana
seperti 1 atau 2 lapangan saat ini dimungkinkan untuk diberikan
lapangan multipel tanpa atau dengan alat bantu, dalam keadaan statis
atau dinamis. Semua ini bertujuan untuk memperoleh hasil pengobatan
yang optimal berupa penghancuran jaringan kanker semaksimal mungkin
dan kerusakan jaringan sehat seminimal mungkin. Dengan demikian
akan diperoleh kesintasan hidup jangka panjang dengan
mempertahankan fungsi organ normal. Pasien akan hidup dengan
kwalitas hidup yang tinggi.
• Untuk memperoleh hasil ini semua maka pengobatan radiasi seringkali
dikombinasikan antara radiasi eksterna dengan brakhiterapi. Pemberian
brakhiterapi metode afterloading dengan sumber isotop laju dosis tinggi
merupakan perkembangan terkini, yang sekalipun telah dilakukan sejak
25 tahun lalu, yang masih banyak memberi manfaat pada berbagai jenis
kanker. Brakhiterapi dapat dilakukan dengan metode intrakaviter,
intraluminal ataupun dengan cara mengimplantasikan jarum jarum
radioaktif ke dalam jaringan tumor dan jaringan sehat sekitarnya.
Dengan berkembangnya metode radiasi IMRT (Intensity Modulated
Radio Therapy) dapat menggantikan brakhiterapi pada beberapa jenis
keganasan. dan pemberian brakhiterapi menjadi dianggap terlalu invasif.
Perkembangan ini juga membuahkan metode radiasi yang terarah pada
satu titik (pin point) seperti kelainan pada jaringan otak seperti tumor
primer otak, metastasis atau kelainan non maligna seperti arterio venous
malformation (AVM) dengan menggunakan radiasi stereotaktik. Dengan
radiasi stereotaktik akan diperoleh daerah radiasi yang terbatas hanya
pada kelainan dan tidak pada jaringan otak yang sehat. Alat yang dikenal
untuk melakukan ini dikenal sebagai Gamma Knife (apabila digunakan
sumber kobalt) atau X-knife bila digunakan sinar X.
• Sebelum melakukan radiasi definitif pada pasien maka seluruh data data,
baik jenis sinar yang digunakan, daerah target penyinaran serta anatomi
potongan lintang dengan CT scan, daerah organ kritis yang sepatutnya
dihindari dimasukkan ke dalam computerized treatment planning system
(TPS). Keluarannya berupa arah sinar yang dianjurkan dengan jumlah
lapangan radiasi, dosis persentasi serta dosis pada beberapa lokasi seperti
tumor primer serta organ kritis.
• Salah satu keluaran dari TPS digunakan untuk aplikasi pada daerah yang
akan diradiasi dengan menggunakan simulator. Simulator merupakan
sarana dengan menggunakan sinar-X yang bertujuan menetapkan daerah
radiasi baik pada tumor primer dan dapat pula pada kelenjar getah bening
setempat. Simulator ini menjadi lebih kompleks, manakala digunakan
secara on line dengan pesawat CT scan. Dengan CT simulator ini maka
akan diperolh bukan hanya data data yang diperlukan untuk menetapkan
daerah radiasi sederhana tetapi juga mampu untuk memberikan distribusi
dosis secara merata pada berbagai bentuk tumor yang ireguler.
• Perkembangan pengetahuan mengenai khemoterapi serta antibodi
monoklonal sebagai kombinasi radiasi, baik sebagai neo ajuvan,
konkomitan serta ajuvan telah memberikan tempat tersendiri bagi
pengobatan penyakit kanker secara terintegrasi. Pemberian khemoterapi
digunakan antara lain untuk memperkecil tumor sedemikian rupa
sehingga lapangan radiasi menjadi lebih kecil yang memberi keuntungan
rendahnya efek samping lokal akibat radiasi. Apabila khemoterapi ini
diberikan bersamaan maka diharapkan terjadi efek sinergi dari metode
radiasi dan khemoterapi yang mengakibatkan tumor menjadi lebih peka
terhadap radiasi ketimbang apabila radiasi diberikan secara mandiri.
Khemoterapi ini juga memberikan keuntungan karena kemampuannya
mencegah terjadinya metastasis jauh, karena radiasi sifatnya hanya
membunuh jaringan kanker yang tercakup dalam lapangan radiasi